Blog MESIN 77

Pusat Mesin kemasan, Mesin pengisian, dan aneka conveyor

spesialis mesin kemasan dan pengisian

Tangible Cost vs Intangible Cost in Packaging Machine

Sudah murahkah mesin yang Anda beli ??
Seorang kawan dengan bangga bercerita bahwa dia baru saja membeli mesin dengan harga yang murah.Jauh lebih murah daripada harga yang saya tawarkan.

Sayapun sebagai kawan ikut salut dengan keberhasilan dia menghemat uang dengan mendapatkan harga yang murah.
Saya hanya mengatakan bahwa harga pokok saya diatas harga yang dia dapatkan, saya tidak bisa memberikan dengan harga sama atau bahkan hanya sedikit diatasnya.

mesin murah

Saya tidak ingin berdebat dengannya di hari bahagianya itu.Saya tidak mungkin mementahkan kebahagiaan seorang kawan dengan menjelaskan bahwa ia harus berhati-hati dengan intangible cost yang umumnya terjadi pada mesin murah.

Biaya yang tidak kelihatan inilah yang justru berbahaya.
Mendapatkan harga murah dan menghitung selisih dari berapa harga yang ia dapatkan seandainya membeli dari saya dengan harga lebih murah yang baru saja ia dapatkan itu adalah tangible cost.
Selisih ini bisa dihitung dan dilihat.

Mengambil pengertian tangible cost dan intangible cost dari mbah saya, mbah google :
Tangible: Keuntungan atau dampak yang terjadi yang dapat diukur secara ekonomis (uang). Intangible: Keuntungan atau dampak yang tidak dapat diukur secara ekonomis (uang)

Saya langsung saja mengambil sebuah contoh kasus dari seorang customer yang membeli mesin pada pertengahan tahun 2018 yang lalu.Sebut saja Mawar ….. ehh salah, maksud saya Pak Broto (karena seorang pria/nama samaran)

Pak Broto membeli sebelumnya meminta penawaran dari saya untuk sebuah unit mesin pengisian untuk sabun cair.
Saya memberikan sesuai spesifikasi yang diminta dan dibutuhkan dengan  harga 275 juta rupiah.
Pak Broto merasa kemahalan karena sebelumnya ia sudah mendapatkan penawaran dari perdagangan mesin yang lain seharga 220 juta untuk mesin yang katanya sama persis (….. #dilihat dari bodynya saja …..)

Kondisi sama dengan saya, yaitu indent.Karena mesin pengisian sabun cair dan ukuran volume botol yang digunakan memang harus dipesan dulu.
Singkat cerita, tibalah mesin yang seharga 220 juta tadi diinstal dan tidak ada masalah yang berarti.
Pak Broto merasa sudah menghemat uangnya sebesar 55 juta rupiah.Bukan angka yang kecil.Daripada bisa ambil dari saya harus di 275 juta.
55 juta inilah Tangible Cost yang berhasil di hemat oleh pak Broto.
Langsung kelihatan jumlah penghematannya.

Pak Broto lupa kalau semua mesin pasti ada Intangible Cost nya.Apalagi dengan harga jauh lebih murah.Orang Jawa bilang ‘ono rupo ono rego’ …. alias ‘ada kualitas ada harga’

Akhirnya setelah 2 bulan penggunaan, mesin mulai mengeluarkan suara-suara aneh.Padahal tempat produksi pak Broto adalah sebuah gedung baru yang rasanya tidak mungkin berhantu.
Pak Broto dan para karyawannya pun mulai kebingungan.
Panggil teknisi dari penjualnya …. datangnya lama sekali dan setelah diperbaiki terulang lagi kasus yang sama.Bahkan merembet ke masalah-masalah lainnya.
Teknisi penjualnya tidak mampu menyelesaikan karena tidak memiliki kompetensi.Semua jenis mesin dijual …. sampai alat dapur pun dijual.Tidak ada spesialisasi.Karena itu mereka bisa menjual murah, karena tidak mengerti dengan apa yang dijualnya.
Saya menjual 275 juta dengan keuntungan sekitar 25 juta.Yang dibeli pak Broto, harga 220 juta dengan keuntungan penjualnya 50 juta.Harga pokok pembuatan mesinnya jauh lebih rendah. Inilah mesin yang pak Broto dapatkan.
Komponennya kelas bawah, akurasinya tidak diperhatikan.Hanya body luarnya saja yang dibuat sama persis dengan mesin mahal untuk mengelabuhi pembeli.

Akhirnya biaya demi biaya terjadi untuk perbaikan dan kerugian pabrik akibat komplain para pelanggan pak Broto.
Banyak produk yang rusak.Banyak bahan kemasan yang terbuang.Banyak spare part mesin yang rusak.Pelanggan meninggalkan pabrik pak Broto dan pindah membeli dari pabrik lain karena sabun yang dipesan terlambat distribusinya.

Pak Broto mulai berhitung semua biaya akibat kerugian dan kerusakan mesin ini.
Keluarlah angka 150 juta.
Inilah Intangible Cost.Biaya yang tidak tampak di awal.

Pada saat artikel ini ditulis, saya belum menjumpai kawan baik saya yang membeli barang yang sama dengan yang dibeli Pak Broto.Semoga semuanya berjalan lancar dan tidak menjadi pak Broto kedua.

 

Hati-hati dengan Intangible Cost … sekali lagi Hati-Hati !!! ….
Kalau cuma mesin saja yang rusak, perbedaannya dengan mesin mahal mungkin tidak seberapa.
Tapi imbas dari seringnya mesin rusak, akan menjadi Intangible Cost yang jauh lebih fatal.

spesialis mesin kemasan dan pengisian